Greetings!

I'm Fenny and welcome to my site. What will you find in this site? Well, you tell me. The words represent what's on my world. You like it or not, it doesn't matter at all. Have a nice read!!

Selasa, 13 September 2011

Amarah Pada Kesialan

| | 0 komentar

Sedikit lagi pisau itu terhujam ke perutnya. Ya, perut ayahku. Aku akan membunuhnya. Aku benci padanya. Bahkan melihat mukanya pun aku tak sudi. Tidakkah dia mengerti bagaimana perasaanku sekarang? Tidakkah dia mengerti bagaimana keadaan keluarganya sekarang? Tidakkah dia mengerti apa yang seharusnya dia lakukan sebagai seorang ayah pada saat sekarang ini?

Sedikit lagi pisau itu terhujam ke perutnya. Ya, perut ayahku. Aku akan membunuhnya. Ibuku berteriak dan seperti mesin, tanganku berhenti seketika itu juga. Ibuku menangis, adikku berdiri di sudut ruang keluarga ketakutan. Apa yang kurasakan sekarang sangatlah membara. Aku seperti ingin menghancurkan tembok di sekitarku, aku ingin mengobrak-abrik semuanya. Tanganku bergetar. Ketika tanganku berhenti dan lambat laun turun, aku merasa lemas. Duduk terdiam dan ibuku tetap melanjutkan tangisannya. Adikku, ya adikku, dia sekarang duduk meringkuk di sudut ruang keluarga. Setelah rasa membara itu cukup reda, aku mengangkat diriku dengan paksa dan berdiri di depan ayahku yang terjebak di dapur dengan wajah pucatnya . Hahaha… aku ingin tertawa melihat wajahnya yang seperti itu. Wajah yang dahulu tak pernah sedikit pun berpaling padaku, kini berpaling dan berwarna pucat. Menjijikkan!

“Kau… ya kau!! Menjijikkan! Taik! Anjing! Mana ada orang seumurmu yang begitu bodoh?! Sudah tua tapi tak pernah belajar! Dulu ketika kau masih punya uang, kau buang kami! Kau sibuk dengan pekerjaan sialanmu itu! Sekarang apa? Hah? Sekarang apa? Kau tidak berbuat apa-apa! Aku yang menjadi korban semua ini! Korban kebodohanmu! Korban kenaifanmu untuk percaya kepada keluarga sialanmu itu!" Aku mengeluarkan semua isi kepalaku seketika itu juga tanpa sedikit pun berniat untuk merendahkan nada suaraku.

Aku tak sudi mengeluarkan setetes air mata untuk pecundang satu ini, tapi tak bisa. Aku tak bisa mengendalikannya. Kulanjutkan perkataanku sambil terisak,

“Ka kau… kau kira aku senang bekerja? Hah? Aku ingin sekolah seperti…” kutarik ingusku, “saudara-saudara sepupuku yang lain! Aku malu! Aku maluuuuu!! Kenapa kita harus hidup miskin? Kenapa kita tidak seperti dulu? Kenapa kita tidak punya rumah yang besar dan mobil lagi? Hah? JAWAB AKU! DASAR KAU PECUNDANG!”

“Maafkan aku, nak!” kata manusia sialan itu menjawabku sambil berlutut memohon. Aku tak lagi ingin memanggilnya “ayah”.

“Nak? NAK?! Jangan pernah panggil aku “nak”, goblok! Aku tidak sudi punya ayah yang goblok seperti dirimu!”

Kulihat ibuku, tak berhenti menangis. Kepalaku berputar dan berputar. Aku harus melakukan sesuatu, aku sudah lelah. Jika kusuruh sialan ini pergi, ibuku akan terus bersedih dan aku akan terus merasa bersalah.

Kutarik napas sekuat tenaga dan kuhembuskan... aku sedikit tenang, lalu kataku, “Kau boleh tinggal di rumah ini. Itu hanya karena ibu. Tapi jangan pernah berharap kau dan aku tetap menjadi “ayah dan anak”. JANGAN PERNAH!”

Ah, pisau di tanganku ternyata belum terlepas. Aku berbicara dengannya ternyata dengan mengacung-acungkan pisau. Setelah kurasa pembicaraan sudah selesai, pisau itu kubawa ke kamar. Kuletakkan di sampingku, lalu aku berbaring dan membersihkan wajahku dari ingus dan air mata dengan bajuku. Berjaga-jaga jika saja dia mencoba untuk membunuhku. Itulah keluarga. Kau tahu langkah apa yang selanjutnya akan dilakukan oleh anggota keluargamu. Kau sangat mengerti orang seperti apa mereka.

“Kau harus ingat, di dunia ini tak ada orang yang dapat dipercaya, bahkan keluargamu sekalipun.”

 Itu kata manusia sialan itu padaku.
Read more...

Rabu, 07 September 2011

Jawaban

| | 0 komentar

Kamar mandi. Kepalaku tidak berhenti untuk memikirkan hal-hal yang sulit (menurutku) sekalipun itu di kamar mandi. Di tempat ini pula aku menemukan jawaban untuk semuanya. Semua hal yang membingungkan aku selama ini.

Kenapa aku tidak pernah puas dengan hasil yang telah kudapatkan, kenapa aku selalu iri dengan orang lain, kenapa aku selalu menghindar dari diriku sendiri dan tentu saja kenapa kepalaku tidak pernah berhenti mencari jawaban atas keanehan-keanehan yang terjadi padaku. Jawabannya hanya satu:

AKU INGIN MEMBUKTIKAN PADA DIRIKU BAHWA AKU BISA. 

Selama ini yang meremehkan diriku hanya diriku sendiri, bukan orang lain. Selama ini yang selalu menginginkan sesuatu yang lebih hanya diriku sendiri, bukan orang lain. Selama ini yang selalu membuatku pusing hanya diriku sendiri, bukan orang lain. Selama ini… semua masalah ada pada diriku sendiri, bukan orang lain.

AKULAH MASALAH DAN AKULAH YANG HARUS MEMPERBAIKI DIRIKU SENDIRI, BUKAN ORANG LAIN. 

Tuhan Yesus memberkati
Read more...

Selasa, 06 September 2011

Aku Suka Bercerita

| |

Aku Marni, seorang pembantu rumah tangga. Aku bekerja di tiga rumah. Hal ini kulakukan karena aku membutuhkan uang. Aku suka bercerita, kata orang-orang aku ini lumayan cerewet juga. Aku ingin membagikan ceritaku tentang ketiga rumah di tempat aku bekerja.

Rumah A: orangnya cerewet. Belum selesai tugas satu, disuruh lagi tugas yang lainnya. Ibu itu entah kenapa sangat takut dengan anak perempuan pertamanya. Anaknya itu sudah berkeluarga dan punya tiga anak. Anak terakhir masih balita. Ya, dia sering dititipkan di neneknya karena ibu dan ayahnya sibuk bekerja. Mungkin lebih tepatnya malas mengurus anak.

Rumah B: orangnya cerewet dan kasar. Ya, rumah ini milik anak perempuan ibu rumah A. Ketiga anaknya seperti orang gila, apalagi yang pertama dan kedua. Mereka tidak segan-segan untuk memukulku. Mereka selalu berkata kasar. Mungkin itu semua karena mereka melihat orang tuanya seperti itu. Ketiga anak ini hamper setiap hari dititipkan di neneknya yang sering sakit-sakitan karena pengaruh umur.

Rumah C: Ibu ini saudara ibu rumah A. Sifatnya baik. Dia sering memberikan aku makanan untuk kubawa pulang buat aku dan anak-anakku. Lupakan soal suamiku, anggap saja dia sudah mati tertabrak mobil tepat di hari dia meninggalkanku. Ibu rumah C ini punya tiga orang anak. Aku tak tahu yang pertama ada dimana, yang kedua tinggal di sini dan si bungsu kuliah di kota lain. Saat ini si bungsu lagi pulang ke sini. Si bungsu setiap hari kerjanya hanya tidur. Tapi rumah ini jauh lebih baik daripada rumah A dan B.

Aku suka bercerita, jadi aku menceritakan hal-hal yang terjadi di rumah A dan B kepada pemilik rumah C dengan keluhan-keluhanku di sana tentunya, seperti halnya yang kuceritakan padamu sebelumnya. Perlakuan yang sama kulakukan ketika masih bekerja di rumah A dan B. Ya, beberapa waktu yang lalu aku berhenti dari dua rumah orang gila itu.

Suatu hari, ibu rumah C tidak ada, hanya ada suaminya. Tak ada istri, suaminya pun jadi. Aku suka bercerita. Jadi kuceritakan saja kepada suaminya hal yang sama seperti yang kuceritakan pada istrinya. Mimiknya berubah dan dengan nada kesal dia berkata,

“Kenapa kau masih mau bekerja di tempat itu kalau kau merasa tidak suka?!” “Yah… mau bagaimana lagi, pak. Namanya juga cari uang,” jawabku.

“Ya sudah kalau begitu! Tak usah kau berkeluh kesah! Aku tak suka orang seperti itu! Kalau aku, tak suka, maka tak kukerjakan! Kau ini! Jangan menjelek-jelekkan orang! Sudah! Lanjutkan lagi pekerjaanmu.”

Aku suka bercerita, tapi sepertinya aku harus mencari topik yang lebih baik untuk diceritakan kepada orang lain.
Read more...

Pendeta Merah

| |

Julukan ini kubuat pada saat pada saat aku sedang duduk mendengarkan khotbah di Gereja. Sudah menjadi sifatku untuk melupakan sesuatu, jadi jangan tanyakan tema khotbah minggu itu apa.

Merah yang kumaksudkan disini adalah pendeta itu menyebutkan huruf “e” pada kata tertentu yang pelafalannya sama dengan “merah”. Contohnya saja kesabaran dan ketekunan. Kupilih “merah” karena hanya itu yang terlintas di kepalaku.

Bukan menyinggung SARA atau apapun, hanya terdengar lucu saja. Pendeta itu satu suku denganku. Kalau ingin tahu, lihat saja di posting dengan tag “perkenalan”. Seingatku isi khotbahnya lumayan bagus, tapi setiap dia menyebut “e”, perutku jadi geli.
Read more...

Labels

fenny_git2ndgig. Diberdayakan oleh Blogger.
Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x

Stalker

Followers