Greetings!

I'm Fenny and welcome to my site. What will you find in this site? Well, you tell me. The words represent what's on my world. You like it or not, it doesn't matter at all. Have a nice read!!

Senin, 26 Desember 2011

anugerah?

| | 0 komentar

Kata orang itu adalah sebuah anugerah. Kau tahu, aku bisa melihat dengan jelas apakah orang itu seorang yang benar baik atau hanya seorang aktor/aktris. Akan kujelaskan dengan sederhana. 

Aku melihat wajahnya. Wajah orang jahat dan orang baik itu berbeda, mungkin dari raut mukanya, garis-garis yang ada di wajahnya, dan bibirnya. Ya, mereka berbeda. Hanya itu yang bisa kujelaskan. Ah, hal lainnya bisa kau lihat dari caranya berbicara, nada, intonasi, dan susunan katanya. Kalau dari cara berbicara, orang jahat memiliki suatu ambisi di balik kata-katanya. Perilakunya pun lebih agresif dari siapapun, tapi dengan tenang dan pasti sehingga tidak seorang pun menyadarinya. Tentu saja hal itu tidak berpengaruh terhadapku. 

Ya, kata mereka itu adalah anugerah. Anugerah yang mungkin membuat orang lain yang baru mengenalku mengatakan, “Dasar sok tahu!”
Read more...

Keliaran

| | 0 komentar

Aku pikir setiap manusia memiliki keliaran dalam dirinya masing-masing. Keliaran yang mungkin sangat jarang untuk dimunculkan sebab ditutupi oleh keterkendalian diri. Keliaran yang bahkan hanya sedikit orang yang tahu atau bahkan tak satu orang pun yang tahu. Namun aku mendapatkan sifat keliaran itu sendiri terdiri dari dua jenis, yaitu keliaran seorang liar dan keliaran seorang terkungkung.

Siapakah yang lebih besar? Keliaran orang terkungkung. 

Contohnya saja anjing. Tanpa mengurangi rasa hormat akan derajat manusia, aku mengambil contoh ini. Ketika seekor anjing untuk pertama kalinya dilepas setelah sekian minggu diikat, bahkan hanya untuk beberapa jam saja, maka dia akan berlari kesana-kemari seperti anjing gila? ah, aku tak tahu anjing gila itu seperti apa tepatnya. pokoknya dia akan berlari kesana-kemari, tak peduli apapun didepannya dan seperti apa tanah yang akan dia pijak. Bahkan samar-samar kau dapat melihat senyum dari anjing itu. Lain halnya dengan keliaran orang yang memang pada dasarnya memiliki perilaku yang liar. Mungkin karena keterbiasaan mata melihat, hal itu menjadi sangat sederhana. 

Ternyata faktor keterbiasaan juga berperan terhadap memandang suatu masalah. Ah, begitu banyak aspek yang harus terlibat dalam suatu kejadian dan aku tidak ingin lelah memikirkannya.
Read more...

Selasa, 06 Desember 2011

A thing that makes me happy

| | 0 komentar


Lion air 30/09/2011. 8:35pm. Flying to Manado

 Aku ingin bernyanyi seperti dulu lagi...
 Bernyanyi dengan suara lantang dan merdu. 
Bernyanyi membuatku gembira. 
Seakan segala masalah yang bertumpuk di kepalaku, hilang satu per satu bersama dengan nyanyianku. Sekarang menyesuaikan nada pun aku tak bisa. 

Mencoba bermain piano, tapi entah mengapa tiap aku duduk di depan piano, kantuk pun melanda. Aku sangat ingin untuk menyanyi lagi.,,

Apa yang membuatku berhenti untuk menyanyi? 
Ah, mungkin karena aku tidak suka dipandang rendah oleh seniorku, “Itu bukan kertas lagu! Itu partitur!” Kalimat yang membuatku tidak menyukainya dan merasa tidak nyaman di tempat itu. Seperti kata seorang pujangga, “apalah arti sebuah nama?”   
Hal lainnya mungkin dikarenakan semua orang bisa menyanyi bahkan dengan suara dan tekhnik yang lebih baik dariku. Sekarang ini orang yang bisa bermain musik lebih dibutuhkan daripada orang yang hanya bisa bernyanyi. Tapi, bernyanyi membuatku senang!

Tak bisakah aku melakukan apa yang aku senangi? 
Tak bisakah orang menerima aku yang hanya bisa bernyanyi? 
Tak bisakah nyanyianku menyenangkanmu tanpa aku harus memainkan sebuah alat musik untuk mengiringinya? 

Apalah arti kupertanyakan semua ini pada saat ini. 

Suaraku, nyanyianku sudah menjadi kenangan.
Read more...

Pujian dan Ucapan Syukur

| | 0 komentar


Lion air 30/09/2011. 8:35pm. Flying to Manado

Aku bukanlah orang yang berspiritualitas tinggi. Sebut saja berGereja. Ya… sangat jarang kulakukan. Kutahu aku menyakiti dan membuatNya menangis dengan segala kelakuanku. 

Langit terbentang luas dan aku di dalam pesawat ini menikmatinya. Terlalu baik dan terlalu indah segala ciptaanNya. Sungguh besar, sungguh mulia, Kau ya Tuhanku. 

Bahkan ketika aku lupa bahwa kesalahan sekecil apapun yang aku buat dan itu membuatMu menangis, tak lupa Kau memberikan "lubang hitam" sehingga aku sadar akan kesalahanku. Setelahnya, kau lenyapkan lubang itu dengan segera sehingga aku dapat menjalani hidupku kembali tanpa melupakanMu. 

Terima kasih yang teramat besar hanya kepadaMu ya, Tuhanku!
Read more...

Hidup Hamba

| | 0 komentar

Lion air 30/09/2011. 8:35pm. Flying to Manado

Kehidupan yang baik-baik saja itu tidak ada, jika memang dari awalnya sudah berbeda keyakinan. Pasti di salah satu bagian terdalam hati tersembunyi kebenaran. Salah satu keahlian manusia adalah “Ah, tidak usah dipikirkan.”

Aku sebagai perempuan akan “hilang” ketika aku memutuskan untuk mengikuti kekasih pujaan hati yang berbeda keyakinan denganku. Keyakinan itu bukan hanya sebuah tulisan di kartu tanda penduduk atau akte kelahiran. Keyakinan adalah dimana aku hanya milik dan untuk-Nya. Tak ada kata “aku”, yang ada hanyalah “hamba”. 

Tak suka dikhianati dan dibuat sedih, begitupula kulakukan kepadaNya. Sesakit apapun perasaanku nanti ketika pada akhirnya aku jatuh cinta pada orang yang “tak sepadan”, kutanggalkan, kulucuti dan kulupakan segala perasaan yang ada. Harus! Tak ada alasan. 

HambaMu yang hina ini, kiranya Tuan bersedia menjaga dan selalu mengingatkan. Maaf karena hamba sering menyakiti dan membuat Tuan menangis. Hidup hamba serahkan sepenuhnya kepada Tuan. Jadilah kehendakMu. Amin…
Read more...

Selasa, 13 September 2011

Amarah Pada Kesialan

| | 0 komentar

Sedikit lagi pisau itu terhujam ke perutnya. Ya, perut ayahku. Aku akan membunuhnya. Aku benci padanya. Bahkan melihat mukanya pun aku tak sudi. Tidakkah dia mengerti bagaimana perasaanku sekarang? Tidakkah dia mengerti bagaimana keadaan keluarganya sekarang? Tidakkah dia mengerti apa yang seharusnya dia lakukan sebagai seorang ayah pada saat sekarang ini?

Sedikit lagi pisau itu terhujam ke perutnya. Ya, perut ayahku. Aku akan membunuhnya. Ibuku berteriak dan seperti mesin, tanganku berhenti seketika itu juga. Ibuku menangis, adikku berdiri di sudut ruang keluarga ketakutan. Apa yang kurasakan sekarang sangatlah membara. Aku seperti ingin menghancurkan tembok di sekitarku, aku ingin mengobrak-abrik semuanya. Tanganku bergetar. Ketika tanganku berhenti dan lambat laun turun, aku merasa lemas. Duduk terdiam dan ibuku tetap melanjutkan tangisannya. Adikku, ya adikku, dia sekarang duduk meringkuk di sudut ruang keluarga. Setelah rasa membara itu cukup reda, aku mengangkat diriku dengan paksa dan berdiri di depan ayahku yang terjebak di dapur dengan wajah pucatnya . Hahaha… aku ingin tertawa melihat wajahnya yang seperti itu. Wajah yang dahulu tak pernah sedikit pun berpaling padaku, kini berpaling dan berwarna pucat. Menjijikkan!

“Kau… ya kau!! Menjijikkan! Taik! Anjing! Mana ada orang seumurmu yang begitu bodoh?! Sudah tua tapi tak pernah belajar! Dulu ketika kau masih punya uang, kau buang kami! Kau sibuk dengan pekerjaan sialanmu itu! Sekarang apa? Hah? Sekarang apa? Kau tidak berbuat apa-apa! Aku yang menjadi korban semua ini! Korban kebodohanmu! Korban kenaifanmu untuk percaya kepada keluarga sialanmu itu!" Aku mengeluarkan semua isi kepalaku seketika itu juga tanpa sedikit pun berniat untuk merendahkan nada suaraku.

Aku tak sudi mengeluarkan setetes air mata untuk pecundang satu ini, tapi tak bisa. Aku tak bisa mengendalikannya. Kulanjutkan perkataanku sambil terisak,

“Ka kau… kau kira aku senang bekerja? Hah? Aku ingin sekolah seperti…” kutarik ingusku, “saudara-saudara sepupuku yang lain! Aku malu! Aku maluuuuu!! Kenapa kita harus hidup miskin? Kenapa kita tidak seperti dulu? Kenapa kita tidak punya rumah yang besar dan mobil lagi? Hah? JAWAB AKU! DASAR KAU PECUNDANG!”

“Maafkan aku, nak!” kata manusia sialan itu menjawabku sambil berlutut memohon. Aku tak lagi ingin memanggilnya “ayah”.

“Nak? NAK?! Jangan pernah panggil aku “nak”, goblok! Aku tidak sudi punya ayah yang goblok seperti dirimu!”

Kulihat ibuku, tak berhenti menangis. Kepalaku berputar dan berputar. Aku harus melakukan sesuatu, aku sudah lelah. Jika kusuruh sialan ini pergi, ibuku akan terus bersedih dan aku akan terus merasa bersalah.

Kutarik napas sekuat tenaga dan kuhembuskan... aku sedikit tenang, lalu kataku, “Kau boleh tinggal di rumah ini. Itu hanya karena ibu. Tapi jangan pernah berharap kau dan aku tetap menjadi “ayah dan anak”. JANGAN PERNAH!”

Ah, pisau di tanganku ternyata belum terlepas. Aku berbicara dengannya ternyata dengan mengacung-acungkan pisau. Setelah kurasa pembicaraan sudah selesai, pisau itu kubawa ke kamar. Kuletakkan di sampingku, lalu aku berbaring dan membersihkan wajahku dari ingus dan air mata dengan bajuku. Berjaga-jaga jika saja dia mencoba untuk membunuhku. Itulah keluarga. Kau tahu langkah apa yang selanjutnya akan dilakukan oleh anggota keluargamu. Kau sangat mengerti orang seperti apa mereka.

“Kau harus ingat, di dunia ini tak ada orang yang dapat dipercaya, bahkan keluargamu sekalipun.”

 Itu kata manusia sialan itu padaku.
Read more...

Rabu, 07 September 2011

Jawaban

| | 0 komentar

Kamar mandi. Kepalaku tidak berhenti untuk memikirkan hal-hal yang sulit (menurutku) sekalipun itu di kamar mandi. Di tempat ini pula aku menemukan jawaban untuk semuanya. Semua hal yang membingungkan aku selama ini.

Kenapa aku tidak pernah puas dengan hasil yang telah kudapatkan, kenapa aku selalu iri dengan orang lain, kenapa aku selalu menghindar dari diriku sendiri dan tentu saja kenapa kepalaku tidak pernah berhenti mencari jawaban atas keanehan-keanehan yang terjadi padaku. Jawabannya hanya satu:

AKU INGIN MEMBUKTIKAN PADA DIRIKU BAHWA AKU BISA. 

Selama ini yang meremehkan diriku hanya diriku sendiri, bukan orang lain. Selama ini yang selalu menginginkan sesuatu yang lebih hanya diriku sendiri, bukan orang lain. Selama ini yang selalu membuatku pusing hanya diriku sendiri, bukan orang lain. Selama ini… semua masalah ada pada diriku sendiri, bukan orang lain.

AKULAH MASALAH DAN AKULAH YANG HARUS MEMPERBAIKI DIRIKU SENDIRI, BUKAN ORANG LAIN. 

Tuhan Yesus memberkati
Read more...

Selasa, 06 September 2011

Aku Suka Bercerita

| |

Aku Marni, seorang pembantu rumah tangga. Aku bekerja di tiga rumah. Hal ini kulakukan karena aku membutuhkan uang. Aku suka bercerita, kata orang-orang aku ini lumayan cerewet juga. Aku ingin membagikan ceritaku tentang ketiga rumah di tempat aku bekerja.

Rumah A: orangnya cerewet. Belum selesai tugas satu, disuruh lagi tugas yang lainnya. Ibu itu entah kenapa sangat takut dengan anak perempuan pertamanya. Anaknya itu sudah berkeluarga dan punya tiga anak. Anak terakhir masih balita. Ya, dia sering dititipkan di neneknya karena ibu dan ayahnya sibuk bekerja. Mungkin lebih tepatnya malas mengurus anak.

Rumah B: orangnya cerewet dan kasar. Ya, rumah ini milik anak perempuan ibu rumah A. Ketiga anaknya seperti orang gila, apalagi yang pertama dan kedua. Mereka tidak segan-segan untuk memukulku. Mereka selalu berkata kasar. Mungkin itu semua karena mereka melihat orang tuanya seperti itu. Ketiga anak ini hamper setiap hari dititipkan di neneknya yang sering sakit-sakitan karena pengaruh umur.

Rumah C: Ibu ini saudara ibu rumah A. Sifatnya baik. Dia sering memberikan aku makanan untuk kubawa pulang buat aku dan anak-anakku. Lupakan soal suamiku, anggap saja dia sudah mati tertabrak mobil tepat di hari dia meninggalkanku. Ibu rumah C ini punya tiga orang anak. Aku tak tahu yang pertama ada dimana, yang kedua tinggal di sini dan si bungsu kuliah di kota lain. Saat ini si bungsu lagi pulang ke sini. Si bungsu setiap hari kerjanya hanya tidur. Tapi rumah ini jauh lebih baik daripada rumah A dan B.

Aku suka bercerita, jadi aku menceritakan hal-hal yang terjadi di rumah A dan B kepada pemilik rumah C dengan keluhan-keluhanku di sana tentunya, seperti halnya yang kuceritakan padamu sebelumnya. Perlakuan yang sama kulakukan ketika masih bekerja di rumah A dan B. Ya, beberapa waktu yang lalu aku berhenti dari dua rumah orang gila itu.

Suatu hari, ibu rumah C tidak ada, hanya ada suaminya. Tak ada istri, suaminya pun jadi. Aku suka bercerita. Jadi kuceritakan saja kepada suaminya hal yang sama seperti yang kuceritakan pada istrinya. Mimiknya berubah dan dengan nada kesal dia berkata,

“Kenapa kau masih mau bekerja di tempat itu kalau kau merasa tidak suka?!” “Yah… mau bagaimana lagi, pak. Namanya juga cari uang,” jawabku.

“Ya sudah kalau begitu! Tak usah kau berkeluh kesah! Aku tak suka orang seperti itu! Kalau aku, tak suka, maka tak kukerjakan! Kau ini! Jangan menjelek-jelekkan orang! Sudah! Lanjutkan lagi pekerjaanmu.”

Aku suka bercerita, tapi sepertinya aku harus mencari topik yang lebih baik untuk diceritakan kepada orang lain.
Read more...

Pendeta Merah

| |

Julukan ini kubuat pada saat pada saat aku sedang duduk mendengarkan khotbah di Gereja. Sudah menjadi sifatku untuk melupakan sesuatu, jadi jangan tanyakan tema khotbah minggu itu apa.

Merah yang kumaksudkan disini adalah pendeta itu menyebutkan huruf “e” pada kata tertentu yang pelafalannya sama dengan “merah”. Contohnya saja kesabaran dan ketekunan. Kupilih “merah” karena hanya itu yang terlintas di kepalaku.

Bukan menyinggung SARA atau apapun, hanya terdengar lucu saja. Pendeta itu satu suku denganku. Kalau ingin tahu, lihat saja di posting dengan tag “perkenalan”. Seingatku isi khotbahnya lumayan bagus, tapi setiap dia menyebut “e”, perutku jadi geli.
Read more...

Kamis, 18 Agustus 2011

That’s My Love

| | 0 komentar

"Aku ingin membantunya."

Itu muncul dikepalaku. Dia memiliki sesuatu yang kelam sepertinya. Aku ingin tahu segalanya tentang dia. Apa yang dia suka, apa yang dia tidak suka, kenapa dia begini, kenapa dia begitu, apa yang membuatnya bosan, dan sebagainya. Aku tidak tahan melihatnya muram. Ingin kutanyakan, “Kau kenapa?” tapi sayangnya tak pernah terwujud. Yang bisa aku lakukan adalah berpura-pura untuk tidak memperdulikan masalahnya dan mencoba untuk menghiburnya dengan menjadi orang yang konyol. Tak apa menjadi orang yang konyol, yang penting kau bisa sedikit terhibur. Senyum itu pun terkembang walau dengan keterpaksaan. That’s my love.
Read more...

Ramalan Masa Depan

| | 0 komentar

“Kau selalu ingin kembali ke mantanmu. Pada saat kau bekerja nanti, kau akan bertemu dengan seorang yang baru, yang lebih dewasa dan lebih bijaksana (intinya lebih baik) daripada yang sekarang ini. Kau akan menikah umur 24 atau 25.”

Itulah yang dikatakan tukang ramal, tepatnya kartu tarot soal percintaanku. Satu hal yang harus diketahui, aku tidak punya pacar dan kukatakan hal itu padanya. Lalu ia berkata, " kau sedang mencintai seseorang, tidak begitu dalam."

“Kau mencintai banyak laki-laki,” lanjutnya.

Tentu saja aku ‘mencintai’ banyak laki-laki. Ayahku, kedua saudaraku, teman-temanku, dan beberapa orang sahabatku.

Kembali ke paragraf pertama. Sejak awal aku menyukainya karena dirinya, bukan wajahnya. Apakah benar aku tidak akan bersamanya pada akhirnya nanti? Lalu haruskah aku melupakan? Haruskah menjauhi? Terakhir kali aku berusaha menjauhi, malah dialah yang semakin mendekat. Membuatku pusing dan ingin berteriak karena kesal.

“Kau termasuk friend list-nya,” tambahnya lagi.

Inilah perkataan yang membuatku membelalakkan mata, hatiku membeku seketika itu juga, dan jantungku seperti terhenti selama tiga detik. Kuabaikan apa yang terjadi pada diriku dan membuat senyuman.

Tiga hari telah berlalu dan semuanya masih berkelebatan di otakku, seperti iklan berjalan di televisi, yang terus bergerak, lalu kembali ke berita yang semula, terus dan terus seperti itu.

Tanda keimanan yang menurun ini sangat jelas terlihat. Kuyakinkan diri untuk mengabaikannya karena aku bukanlah manusia biasa. Aku adalah anak-Nya. Aku adalah pelayan-Nya. Untuk menjadi itu semua, imanku harus kuat karena sekali lagi, aku bukanlah siapa-siapa jika bukan karena-Nya. Saat ini, aku sedang berusaha untuk membawa semuanya sebagai sebuah ‘kesenangan di kala bosan’. Terus mengingatkan diriku bahwa Dialah yang merancang semuanya, masa lalu, sekarang, dan masa depanku. Jantungku ada padaNya. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Peramal boleh meramal, tapi penentunya adalah kita dan dengan izin-Nya segalanya akan menjadi Amin.
Read more...

Senin, 01 Agustus 2011

Open Heart

| | 0 komentar

It’s June 26, 2011.
I’m at my father’s office. My father gave me a book. “Mother Theresa: Secret Fire” by Joseph Langford. That day, I waited for someone (my father’s employer) that would drive me to the airport. I read that book, maybe 3-4 pages. In that page, there is a sentence “You have to open your heart. Let He in…” I figured, what was that mean. If I let Him in, how was it feel? How do I know if he already in or not? Is it tickle or something like electricity shock? Is it like fall in love?

Helen Trifosa was my “sister” in my church. He told me, “open your heart for Him, it means you allow Him to enter and control your life. How do you make it? Accept Him as your savior. Let the Holly Bible (God’s decree) guide your path. People who open his/her heart for God, it means his/her life will live with the truth of The Holy Bible, not with his/her passion. When we pray wholeheartedly, God will entering. You will feel peacefulness. You can feel like that AS LONG AS you follow HIM. If God already in, that people will yearning for God’s worth. You want to pleasure God, just like you want to pleasure your lover.
Read more...

Jumat, 29 Juli 2011

That Expression

| | 0 komentar

The last time I saw him was last week. I didn’t greet him, pretend that I didn’t see him. I said to my friend that I had to go home, because the next day I had an exam. But it’s just an excuse. I felt like if I saw him, the pain will be increase. But, that’s not what I’m going to talk about today. This is all about “that expression”.

Two weeks ago, we went home at the same time.

“goodbye”, I said.

But he answered, “bye” with “that expression”.

I don’t know what I must say about that expression. It’s like sad or disappointed. If it’s sad, why? Is there something bothered him? I wanted to ask him, but I can’t because I’m a looser. Before that happen, we have a happy time. We laughed together, we chat with the others. Then, why? Until now, I can’t figure it out. What was that expression? But, for you know, when I saw it, I startled and I can’t forget about it. I wonder what was happened to him on that day.
Read more...

Class Chief

| | 0 komentar

July, 27th, I dreamed about my first love in junior high school last night.
He was my class chief.
I don’t know why I dreamed about him.
It feels weird after I woke up.
But, one thing I can deny, I want to see him right now.
I wonder, where is he now?
How does he look? Is he tall?
Is he fat?
Or is he more and more handsome from the last time I see him?
Ummm… when was the last time I see him? I think it was 6 years ago.
Read more...

The Beggar and The Helper

| | 0 komentar

July 23th, when I‘m on my way to supermarket, I saw a beggar. They are mother and daughter. When I’m out from the supermarket, the daughter sat in front of the supermarket and began her activity, panhandling. Give her or not. I decided not to give her money. I saw the mother waiting for her not far from where she at. I wonder why did her mother do that to her? Why didn’t her mother do that thing? And why she take her daughter to go out to panhandling such an hour? It’s chilly out here and it was 8 pm. That was the reason why I decided not to give her money.

Then, this sentence appeared, “why I’m judging? I don’t know anything. I can complain about it, but I can’t help them to fix they’re live. I can’t make them not to do that thing anymore. I don’t have any power to feed them, to safe them, or anything else that can make them not to panhandling anymore.” Then I stop think about it and going on my way home.
Read more...

Rabu, 27 Juli 2011

Take and Throw

| | 0 komentar

July 18th, my friend finally made it. For three years, he waited for that thing. In the first year, he failed. Does the second year. He passed the exam and now he is one of the *** University undergraduate. It happens to my other friend.

Two years ago, I thought if I also do the same thing, that was wasting a time. So, I just accepted what just I have in that time. I thought, “who can guarantee that I can pass the exam? Who can guarantee that I will be something that I want? This is all GOD’s will. So, I just have to through it.” That stupid assumption can make you throw your dream. Who knows what the GOD’s will? Why don’t you try it again? Try, try and try… until you get it. If you don’t get it, at least you don’t regret it like me.

If you have a dream, you have to focus on it. You have to work hard. You have to ignore what the others say. But in a first place, you have to believe yourself.

You know, until now I don’t exactly know what I want. I regret it, but not regret it at all. So I don’t know if I also take the exam and then I passed it, can I being happy? Or it just feel like now?
Read more...

Kamis, 23 Juni 2011

Delicious Life-Chocolate

| | 0 komentar

I remember something when I ate chocolate seceral days ago. It taste sweet and bitter. Bitter makes the chocolate more delicious. If there’s no bitter, the chocolate just like a sugar. I think that’s just like our life. Sweet and bitter make life more delicious.

Then why people always want a sweet life?

Is it because people only like a sweet chocolate that sweet like sugar? If all of the food's seasoning is only sugar, will you like it? Then the taste is only sweet. There’s no spicy nor salty. no bitter nor sour. TASTELESS. So, I hope I will face every problem that I have, so I can make my delicious life-chocolate.
Read more...

Rabu, 22 Juni 2011

Cita-cita dan Sesuatu yang Kurang

| | 0 komentar

Dulu, sepertinya aku bercita-cita menjadi seorang pembawa berita seperti Rossiana Silalahi. Aku sangat suka melihat gayanya berbicara, body language saat menyampaikan berita, sangat enak dipandang. Tapi semakin lama, cita-cita itu terlupakan. Semakin bertambah usia, semakin hilanglah kata cita-cita itu. Tidak ada “passion” dalam menjalankan sesuatu. Seandainya aku tidak pernah melupakan cita-cita itu. Apalah gunanya kusesali, lebih baik mencari yang baru. Sekarang belum ada jawabannya. Aku menjalani hariku, berusaha untuk menjalaninya dengan sebaik mungkin karena hidupku ini hanya untuk Tuhan. Itulah tujuan utama hidupku. Tidak ada yang lain.

Lalu, kenapa aku merasa ada yang kurang?

Lama, lama dan lama aku memikirkan hal ini. Ternyata satu jawabannya, “AKU TIDAK PERNAH DATANG KEPADANYA.” Aku hanya tahu, aku hidup untuk Dia, tapi aku bahkan tidak pernah berkomunikasi denganNya. Apa keinginanNya, apa yang sedang dialami, apakah Dia senang atau sedih dengan apa yang aku perbuat, apakah Dia memerlukan sesuatu atau hanya sekedar mengucapkan “selamat pagi dan aku mencintaiMu” pun tak sempat. Kasih yang selalu dia tujukan padaku, tapi tak pernah kutujukan padaNya. aku lebih memilih melarikan diri dari masalahku daripada datang kepadaNya dan mengobrol dari hati ke hati. Padahal segala sesuatuNya dapat dipecahkan olehNya. Itulah yang selalu kulupakan.

Semoga Tuhan memberkati kita semua dengan ingatan yang baik sehingga kita tidak pernah lupa Kasih yang harus kita berikan padaNya. Amin
Read more...

Minggu, 01 Mei 2011

Rasa dan Realita

| | 0 komentar


“Ibu, aku ingin pulang.” Kataku di telepon malam itu.

“ada apa, nak?” balas ibuku.

“aku tidak tahan di tempat ini. Aku bisa kehilangan diriku sendiri. Aku takut… aku takut kalau-kalau saja aku bisa menghilang. aku ingin bersama ayah dan ibu saja di sana. Aku ingin pulang, ibu!”

Tuuut tuuut tuutt…

“halo? Kenapa, nak?” jawab ibuku.

“Ibu… ibu dimana?” tanyaku.

“Di rumah. Kenapa? Bagaimana keadaanmu?”

“aku baik-baik saja, bu.”

“Terjadi sesuatu? Kenapa suaramu aneh?” tanya ibuku khawatir.

“ah, tidak. Aku lagi flu, bu.”

“oh, ya sudah. Kau makan dulu, minum obat, lalu tidur. Jangan begadang dulu ya, nak.”
“baiklah, bu. Sudah dulu ya! Daa… bu!”

Tuuut tuuut tuuutt…

Aku menangis dan tenggelam di dasar yang paling gelap dalam diriku.
Read more...

AKU SEDANG TIDAK BERSAMA DIRIKU SAAT ITU

| | 2 komentar


Dua hari setelah hari ulang tahunku, orang-orang itu datang membawakan kue tart dan harapan bahwa aku akan senang dengan perayaan kecil-kecilan itu. Ternyata tidak. Aku sedang tidak bersama diriku saat itu. Salah satu orang tersebut datang menghampiri kamarku, mengajakku keluar. Mereka pikir aku tidak tahu rencana mereka untuk membuat “surprise party”. Sebenarnya walaupun aku tahu, hendaknya aku tersenyum sambil menitihkan air mata bahagia dan mungkin mengucapkan kata-kata mengharukan bagi mereka. Aku sedang tidak bersama diriku saat itu. Mereka berbicara dan terus menghiburku. Mengeluarkan segala macam lelucon, godaan, dan apapun itu. Aku sedang tidak bersama diriku saat itu.

Orang-orang itu adalah sahabatku. Sahabat yang aku kecewakan karena AKU SEDANG TIDAK BERSAMA DIRIKU SAAT ITU.
Read more...

Minggu, 20 Maret 2011

Aku dan Monster

| | 0 komentar

Setiap manusia memiliki monster di dalam dirinya. Sebuah pilihan untuk memunculkannya ke permukaan atau tidak. Seperti tinta yang merembes di atas kain, hal itu berpengaruh terhadap pola tingkah laku dan cara berpikir manusia. Dalam keadaan lemah ataupun terdesak, monster itu bisa timbul ke permukaan. Bentuk apapun yang dimilikinya membuat seseorang terlihat berbeda dari biasanya.

Dalam kondisi ini, kutuliskan hal-hal yang mungkin bisa membuatmu waspada terhadap hal terburuk yang engkau punya di dalam dirimu. Aku sudah tidak tahu yang mana diriku yang asli dan mana monster itu.

"Daviiiid! Makan malam sudah siap!" suara Ibu terdengar dari lantai bawah rumah
"iya, bu!" jawabku.

monster itu untuk sejenak mengundurkan diri.

Aku tahu. monster itu selalu muncul ketika aku sedang dalam kondisi "negatif". Tidak hanya diriku, kemana pun aku pergi, semua hal secara spontan menjadi negatif. Sungguh berbahaya bagi lingkungan sekitarku. Harus mengalahkannya sekarang juga, jika tidak, maka bukan hanya aku saja yang termakan, tapi juga lingkunganku. Aku tidak ingin hal itu terjadi.

satu hari. dua hari. tiga hari. satu minggu. dua minggu. Monster itu kembali muncul. Selama itu aku berusaha untuk menahannya. Ternyata tidak bisa untuk jangka waktu yang lama. Apa yang harus aku lakukan? Sepertinya salah satu cara adalah menghindar. Ya, menghindar!

Satu per satu, kubuang hal-hal yang berharga bagiku agar mereka tidak seperti aku. Ya, mereka. Kuciptakan pikiran-pikiran jelek tentang mereka. Memunculkan berbagai alasan untuk membenci mereka. Pada akhirnya, aku mendapati diriku membenci mereka tanpa alasan yang jelas, melihat wajah saja aku sudah merasa muak!

Sekarang hanya ada aku dan monster itu berdiri di tengah setitik cahaya yang sangat menyilaukan mata. Aku merasa diriku terus berlari menjauhi cahaya itu, tapi Dia selalu berlari mendekatiku. Dia tak pernah gagal. Tinggal aku yang memutuskan untuk berhenti atau terus berlari.

"You wanna heal your body? You have to heal your heart - by India Arie"
Read more...

Labels

fenny_git2ndgig. Diberdayakan oleh Blogger.
Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x

Stalker

Followers