Greetings!

I'm Fenny and welcome to my site. What will you find in this site? Well, you tell me. The words represent what's on my world. You like it or not, it doesn't matter at all. Have a nice read!!

Rabu, 07 Maret 2012

March 1st, 2012

| | 0 komentar


Lama tak menulis lagi. Lebih tepatnya menulis di blog. Tulisan yang bisa ku shared sebenarnya banyak, tapi sangat malas untuk mem-posting-nya. 

Siang tadi, aku bolos dari mata kuliah terakhir karena perasaan yang tidak enak. Penyakit itu mulai datang lagi. Tak suka dengan orang yang kukenal, melihat mereka, menyentuh, dan berbicara kepada mereka membuatku kesal. Kuputuskan untuk pulang. Aku tertidur dari tengah hari hingga matahari tenggelam. Aku sempat terbangun dan menyadari diriku menangis. Aku bermimpi.

Kutemukan diriku merindukan ayah yang telah pergi. Dia sudah tidak ada sekeras apapun aku menangis. Ibu hanya melihatku. Aku menangis dan menangis. Tangisan yang menyakitkan hati, menyesakkan dada. Lalu terlintas wajah ayah di benakku, bagaimana suaranya, bagaimana mimik mukanya pada saat tersenyum, dan semuanya hilang sudah. Tinggal aku yang sendirian menangis. 

Aku bangun. Tiga tetes air mata di pipiku. Dua mengalir dan satunya menitik ketika aku menegakkan badan. Sungguh lega rasanya karena itu belum terjadi. Semoga pada saatnya nanti, aku sudah menjadi seorang wanita yang kuat dan tidak menyesali sesuatu apapun yang berkaitan dengan ayahku. Sekarang aku akan meneleponnya, kutinggalkan tulisan ini dan kau untuk sementara. Terima kasih dan sampai jumpa.

Read more...

Comics, Novel, Children Books Library

| | 0 komentar

Amin. Semoga bisa terkabul. Tak perlu semua jenis buku ada di dalamnya. Aku suka komik, cerita bergambar, dan novel. Semoga bisa terwujud. Tuhan Yesus memberkati. Amin.
Read more...

GILA!

| | 0 komentar

Kenapa kami tidak bisa bersama? Kenapa kami tidak bisa saling mencintai? Kenapa kami tidak bisa bersatu? Kenapa... kenapa harus kami?

Apakah ada yang salah? Agama, pendidikan, latar belakang keluarga, pekerjaan... semua sudah sesuai kriteria. Lalu apa yang salah? Mengapa kami tidak bisa bersama?

Pertanyaan itu selalu muncul di otakku. Kau bilang, “Ibu tak setuju karena warna kulit kita berbeda. Kita memang tinggal di negeri yang sama, tapi negeri asalku bukan di sini. Negeri asalku adalah negeri yang menjunjung tinggi keturunan asli. Aku benar-benar mencintaimu, tapi kita tidak bisa bersama. Bagaimanapun juga dia adalah ibuku. Ibu yang melahirkan dan merawatku selama ini, tapi percayalah bahwa aku benar-benar mencintaimu.”

Saat itu juga kau katakan kepadaku bahwa aku harus menjauhimu. Semuanya demi hati kita, katamu. Tak ada manusia yang ingin sakit hati. Tapi mendengar kata menjauhi saja, hatiku sudah mulai sakit, sayangku. Lalu apalah yang akan terjadi jikalau aku melakukannya nanti? Ah, hatiku mungkin akan hancur berkeping-keping. Takkah kau mengerti, sayangku?

Kata seorang temanku ketika kuceritakan keadaan kita berdua, “Menghindar atau menjauh adalah sebuah mekanisme pencegahan rasa sakit.” Kenapa dia berpihak padamu? Aku hanya tak ingin menyerah terhadap apa yang telah aku putuskan... mencintaimu!

Terlalu berisik. Aku berusaha untuk tidur agar kepalaku menutup mulutnya sedikit. Di dalam kereta ini, kereta yang membawaku pergi jauh darimu bersama cincin yang sudah menjadi kalung, pasangan cincinmu! Ah, kuharap kau tak membuangnya. Aku lelah, sayang. Kusampaikan kecupanku melalui setiap partikel udara yang ada di bumi ini, melalui setiap debu yang ada di bumi ini. Semoga ketika kereta ini tiba di tujuannya, aku pun bisa sedikit melupakan dirimu yang bahkan bukan lagi hanya sebuah siluet, tapi syaraf otak yang terus beregenerasi, melingkupi, menyampaikan impuls-impuls ke seluruh tubuhku dan aku... hidup! 

Stasiun kota blitar, 17:37, Gerbong 1 (12D-12E)
Read more...

Kau dan Aku Berusaha

| | 0 komentar


Kau berusaha membuang, aku berusaha menyimpan.

Kau berusaha mengembalikan,  aku berusaha menolak.

Kau berusaha melupakan, aku berusaha selalu mengingatkan.

Kau berusaha tidak membalas, aku berusaha membuat alasan.

Kau berusaha bertahan, aku berusaha menggoyahkan.

Kau terus berusaha tidak mencinta, aku terus berusaha membuatmu mencinta.

Semua usahaku teruntukmu saja. 

Ya... semua usahaku agar kau tak pergi.

Ya... semua usahaku agar kau tak lari.

Usahaku adalah cincin itu.
Read more...

The Scar

| | 0 komentar

“No one has the power to hurt you like you’re kind... No one has the power to hurt you like you’re friend” – Get it together by India Arie

Family and friend... keluarga dan teman (sahabat). Sama atau tidak pemahamanku dengan si penyanyi, menurutku kedua kelompok ini memang memberikan efek yang besar ketika menyakiti dibandingkan dengan orang lain yang bisa dikatakan “figuran” dalam kehidupan pribadi. Semakin dekat mereka dengan hatimu, segala yang tajam pada diri mereka akan dengan sangat mudah menorehkan luka. Tak lain dan tak bukan karena hati itu rapuh. Salah satu naluri yang diberikan Tuhan kepada manusia adalah naluri untuk menyelamatkan diri. Untuk selamat dari sebuah luka, manusia akan mencari obat apapun itu dan dengan cara apapun itu. Semua bergantung kepada individunya. Without scar, our heart would never be tough.
Read more...

Minggu, 04 Maret 2012

Efek samping cinta?

| | 0 komentar


 Ada beberapa film yang belakangan ini kutonton. Tidak kusertakan judulnya, takut kau ikut campur terhadap pesan dari film tersebut yang kutangkap. Film-film itu menampilkan bagaimana kengerian yang ditimbulkan seseorang karena pengharapannya akan cinta. Cinta yang sangat dia harapkan dari orang lain. Cinta yang bisa menemaninya di dalam kegelapan dan kejahatan di sekitarnya. Cinta yang bisa dia tendang, injak, pukul dengan seenaknya untuk memuaskan hasrat keliaran dalam hatinya. Dengan begitu, dia bisa lebih tenang. Dibunuhnya setiap orang yang mengalihkan cinta dari sang kekasih. Pada akhirnya, tak ada cinta untuknya. Ia mati di tangan orang yang sangat dicintai, dan mengetahui bahwa orang yang selama ini disiksanya itu adalah satu-satunya orang yang paling mencintainya. Jika ini adalah efek samping dari cinta, aku takut untuk mengulurkan tangan bahkan melihat pun aku tak ingin. Biarlah cinta itu yang menghampiriku, tanpa aku berusaha mencarinya dan mempertahankannya.
Read more...

The True Feelings

| | 0 komentar

Anggap saja kau membaca ini di bulan Desember 2011.

Seminggu yang lalu mungkin, daya ingatku memang tidak terlalu bagus, aku terkena salmonella typhoid  +5. Hari jumat kemarin, kuputuskan apa arti +5 itu kepada dokter, “+5 itu adalah titel dari typhus yang kau idap sekarang. Ada ukuran di dalam penyakit tersebut dari 1 sampai 5. Dan 5 adalah yang terparah. Itu menyatakan bahwa di tubuhmu sudah terlalu banyak salmonellanya.” 

Secara logika itu memang masuk akal karena saat aku dibawa ke rumah sakit semua badanku kaku dan sakit. Temanku bilang, kaki dan tanganku membeku dan membiru. Saat itu aku hanya merasakan seluruh badanku keram, bahkan hingga ke wajahku. Untungnya kuputuskan untuk membuka pintu saat itu untuk menunggu seorang temanku membawa makanan dan obat untuk kuminum. Jika tidak kulakukan, apa yang akan terjadi ya kira-kira? Akankah aku akhirnya mengetahui bahwa surga atau neraka itu benar-benar ada? Dan apakah aku pada akhirnya akan tahu bahwa apakah Tuhan itu memang ada atau tidak? Apakah yang selama ini ingin kulakukan pada akhirnya terwujud juga?

Sekarang aku baik-baik saja. Tentu saja tak lepas dengan konsumsi obat dan makanan yang bergizi.

Selama periode di atas berlangsung, aku melihat dengan jelas bagaimana manusia itu sebenarnya. Bagaimana keluargaku sebenarnya. Bagaimana aku terlalu berharap kepada yang namanya manusia. Bagaimana aku merasa hancur karena keluarga sendiri. Bagaimana aku merasa hancur atas perhatian palsu yang diberikan orang-orang kepadaku. Bagaimana aku merasa jijik dengan semua orang yang selama ini kukira sangat berharga bagiku. Akhirnya aku belajar bagaimana tidak menangis di depan mereka, tak pernah mengharapkan seorang pun untuk tinggal di sampingku, hanya ada aku dan diriku.

Semua sakit hati, kekecewaan, air mata, senyuman membentuk aku seperti aku sekarang ini. Tak tahu lagi yang mana diriku sebenarnya. Tak tahu lagi yang mana sebenarnya musuh dan sahabat. Bahkan aku tak tahu lagi apakah manusia memang makhluk sosial. Apalah gunanya bersosialisasi tapi isinya hanyalah kepalsuan yang bahkan melihatnya pun membuatku ingin muntah? Apalah gunanya aku belajar jika segala sesuatunya hanyalah sebuah kefanaan? Tak bisakah aku mendapatkan yang aku inginkan tanpa aku terluka? No pain no gain, then should I dying to reach what I want?
Read more...

Labels

fenny_git2ndgig. Diberdayakan oleh Blogger.
Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x

Stalker

Followers