Anggap saja kau membaca ini di bulan Desember 2011.
Seminggu yang lalu mungkin, daya ingatku
memang tidak terlalu bagus, aku terkena salmonella typhoid +5. Hari jumat kemarin, kuputuskan apa arti
+5 itu kepada dokter, “+5 itu adalah titel dari typhus yang kau idap sekarang.
Ada ukuran di dalam penyakit tersebut dari 1 sampai 5. Dan 5 adalah yang
terparah. Itu menyatakan bahwa di tubuhmu sudah terlalu banyak salmonellanya.”
Secara logika itu memang masuk akal karena
saat aku dibawa ke rumah sakit semua badanku kaku dan sakit. Temanku bilang,
kaki dan tanganku membeku dan membiru. Saat itu aku hanya merasakan seluruh
badanku keram, bahkan hingga ke wajahku. Untungnya kuputuskan untuk membuka
pintu saat itu untuk menunggu seorang temanku membawa makanan dan obat untuk
kuminum. Jika tidak kulakukan, apa yang akan terjadi ya kira-kira? Akankah aku
akhirnya mengetahui bahwa surga atau neraka itu benar-benar ada? Dan apakah aku
pada akhirnya akan tahu bahwa apakah Tuhan itu memang ada atau tidak? Apakah
yang selama ini ingin kulakukan pada akhirnya terwujud juga?
Sekarang aku baik-baik saja. Tentu saja tak
lepas dengan konsumsi obat dan makanan yang bergizi.
Selama periode di atas berlangsung, aku melihat dengan jelas bagaimana manusia itu sebenarnya. Bagaimana keluargaku sebenarnya. Bagaimana aku terlalu berharap kepada yang namanya manusia. Bagaimana aku merasa hancur karena keluarga sendiri. Bagaimana aku merasa hancur atas perhatian palsu yang diberikan orang-orang kepadaku. Bagaimana aku merasa jijik dengan semua orang yang selama ini kukira sangat berharga bagiku. Akhirnya aku belajar bagaimana tidak menangis di depan mereka, tak pernah mengharapkan seorang pun untuk tinggal di sampingku, hanya ada aku dan diriku.
Semua sakit hati, kekecewaan, air mata,
senyuman membentuk aku seperti aku sekarang ini. Tak tahu lagi yang mana diriku
sebenarnya. Tak tahu lagi yang mana sebenarnya musuh dan sahabat. Bahkan aku
tak tahu lagi apakah manusia memang makhluk sosial. Apalah gunanya
bersosialisasi tapi isinya hanyalah kepalsuan yang bahkan melihatnya pun
membuatku ingin muntah? Apalah gunanya aku belajar jika segala sesuatunya
hanyalah sebuah kefanaan? Tak bisakah aku mendapatkan yang aku inginkan tanpa
aku terluka? No pain no gain, then should I dying to reach what I want?
0 komentar:
Posting Komentar
hi, can I help you? ^_^